Sabtu, 15 November 2014

Pendidikan IPS

BAB I PENDAHULUAN 


Hubungan manusia makin lama akan makin kompleks dan intensif. Hal itu menyebabkan, segala aspek yang bersangkutan dengan kehidupan manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hubungan aspek-aspek itu akan menjadi tidak sederhana. Ketidakseimbangan di antara berbagai aspek tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Oleh sebab itu untuk menghindari lebih lanjut, di dalam kehidupan masyarakat harus tumbuh kesadaran dan sikap mental terhadap nilai-nilai sosial-budaya yang positif. Bagaimana caranya? Inilah persoalan yang sedang dihadapi bidang pendidikan di Indonesia. Dengan menyeimbangkan pendidikan-pengajaran bidang studi IPS dengan bidang studi IPA yang dimulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi, diharapkan akan membina sikap mental dan kesadaran bahwa menjaga kelestarian kehidupan pada saat ini, harus melakukan usaha menyeimbangkan antara kondisi kehidupan yang dijaminnya dengan kondisi lingkungan fisik. Penanaman ini harus dilakukan dari tingkat pra-sekolah atau sekolah dasar. Membina dan menumbuhkan sikap mental positif terhadap nilai-nilai sosial-budaya, tidak akan selesai empat-lima tahun, melainkan akan memakan waktu belasan tahun. Oleh karena itu, tanggung-jawab guru-guru IPS untuk dapat menjiwai bidang profesinya dengan nilai-nilai sosial budaya yang membina sikap mental luhur anak-didik yang menjadi asuhannya. Untuk Bangsa Indonesia nilai-nilai sosial budaya yang harus kita kembangkan adalah nilai-nilai Pancasila. Nilai dan jiwa Pancasila harus tertanam dalam tiap konsep yang kita kembangkan. Melalui pengajaran IPS, guru harus mengarahkan pendidikan untuk mencapai landasan ideal nilai pancasila. Guru IPS harus dapat merasakan gejala dan masalah yang timbul yang terjadi dalam kehidupan, seperti penerapan ilmu dan teknologi. Guru IPS harus dapat menyusun suatu sintesa tentang analisa dan pandangan para akhli tentang penerapan ilmu dan teknologi. Kemudian sintesa itu disajikan dalam bentuk materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik. Guru IPS harus mempunyai mutu materi dan penyajian IPS serta kecakapan pribadinya. Dengan kemampuan yang terus berkembang, guru IPS tidak akan canggung menghadapi anak didik dengan segala permasalahannya. Selama ia dapat mengembangkan anak didiknya untuk terus berpikir, selama itu pula ia berhasil menjadi guru IPS. Guru IPS harus benar-benar aktif dan kreatif agar tidak akan kehabisan materi untuk mengembangkan pola didik anak didik. Gejala dan masalah sosial yang dialami anak didik, dapat dijadikan bahan perangsang bagi guru IPS untuk berpikir. Menjadi guru IPS yang baik itu sangat bergantung kepada usaha dan tekat kita masing-masing. Dengan usaha yang yang terarah, kita akan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada pada diri kita dan juga yang ada di sekitar kita. Sebagai guru IPS, pembaharuan dan perubahan dalam profesi kita, harus dijadikan tantangan untuk mampu meningkatkan diri kita sendiri. Untuk dapat mengajarkan IPS dengan baik, kita harus bersifat subjektif, tujuan pengajaran IPS, metode mengajarkan IPS Dengan langkah-langkah tersebut pertama-tama kita harus menguasai lebih dulu hakekat IPS. Kemudian rumuskan tujuan yang dapat dicapai dengan mengajarkan IPS. Berikutnya kita pikirkan bagaimana kita harus melaksanakannya. Ketiga pokok itu mengandung arti, pokok yang pertama menyangkut seluk-beluk materi IPS. Pokok kedua menyangkut tujuan pengajaran IPS. Pokok ketiga atau yang terakhir berkenaan dengan metode penyampaiannya atau pengajarannya kepada anak didik. Dengan minimal menguasai ketiga pokok itu, kita dapat menjadi guru IPS yang baik 


 BAB II ISI

Dalam bidang pengetahuan sosial kita mengenal banyak istilah sosial seperti ilmu sosial (social sciences), studi sosial (sosial studies) dan ilmu pengetahuan sosial. Ketiga istilah itu akan dijelaskan satu persatu. 

 Studi Sosial (Sosial Studies) 
Studi Sosial bersifat lebih mendasar dan disajikan pada tingkat pendidikan yang paling rendah. Tugas Studi Sosial di ajarkan dari tingkat Sekolah Dasar sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Studi Sosial ilmu yang membina warga masyarakat untuk membantu memecahkan masalah sosial yang dihadapinya. 

 Ilmu Sosial 
Ilmu Sosial adalah bidang-bidang ilmu yang mempelajari manusia di masyarakat. Ilmu sosial mempelajari tingkah laku manusia. Sedangkan tingkah laku manusia dibagi dalam berbagai aspek seperti, aspek ekonomi, aspek hubungan sosial, aspek sikap mental, aspek budaya.  

 Ilmu Pengetahuan Sosial 
IPS bukan Ilmu Sosial. IPS di ajarkan mulai dari sekolah dasar hingga di perguruan tinggi. Berdasarkan jenjang tingkatan sekolah di Indonesia, jumlah keilmuan didalam IPS berbeda-beda. Seperti, Sekolah Dasar bidang ilmunya terdiri dari geografi dan sejarah, di tingkat Sekolah Menengah bidang ilmunya ekonomi, antropologi, geografi, dan sejarah. Sedangkan di perguruan tinggi seluruh bidang ilmu dilibatkan dalam pengajaran. 

Pada pengajaran IPS di tiap jenjang-jenjang pendidikan harus dibatasi dengan kemampuannya. Seperti pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan membangkitkan rasa ingin tahu anak didik. Sehingga anak didik yang kreatif akan secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang direkomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah dikenalkan kepada anak SD lebih banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas pemahaman baik dan buruk. Di tingkat sekolah menengah ruang lingkupnya lebih diperluas kepada masalah lingkungan, pengangguran, transportasi, sumber daya. Sedangkan di perguruan tinggi metode interdisipliner atau multidisipliner harus benar-benar di terapkan. Segala gejala, masalah, peristiwa kehidupan manusia dapat dijadikan sumber materi IPS. Sumber dan materi IPS tidak terbatas, materi IPS dapat di jumpai di radio, TV, surat kabar. Sumber Pengajaran IPS meliputi mata pelajaran Sejarah, Ekonomi, Geografi, Politik, Antropologi, dan sosiologi. Guru IPS harus memanfaatkan materi-materi pada mata pelajaran itu. Geografi ialah ilmu yang mempelajari iklim dan pengaruhnya terhadap kehidupan, pemukiman, tenaga air, globe dan peta, transportasi komunikasi. Sejarah ilmu yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa kehidupan masa lampau. Dengan sejarah kita tidak hanya mempelajari masa-masa lampau, tetapi kita juga mampu memprediksi masa depan. Ekonomi mengungkapkan usaha memenuhi kebutuhan materi, produksi, distribusi dan konsumsinya. Ilmu ekonomi mendidika para anak didik untuk dapat memanfaatkan sumber daya dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Antropologi berhubungan dengan sosial-budaya manusia, dimana para guru dapat menanamkan norma dan sistem nilai budaya kepada para anak didik. Ilmu politik menyajikan pelajaran tentang pemerintahan, kenegaraan, proses politik. Dengan adanya ilmu politik ini para anak didik diharapkan dapat mengerti terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Sosiologi ilmu yang membentuk anak didik menjadi masyarakat yang penuh tanggung-jawab terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang ilmu pengetahuan yang sumbernya dari kehidupan masyarakat. Seperti persampahan, kemacetan lalu lintas, kekurangan air bersih, pengangguran dan lain-lain. Gejala dan masalah sosial pada lingkungan tadi dapat dijadikan perangsang untuk menarik perhatian para anak didik. Materi itu kita jadikan pembahasan dalam pembelajaran IPS. Selain menjadi sumber dan materi IPS, masyarakat juga menjadi laboraturiumnya. Dengan kata lain masyarakat merupakan tempat yang nyata untuk mencobakan pengetahuan IPS yang sudah dipelajarinya. Melalui pengajaran IPS diharapkan dapat terbinanya warga negara yang peka terhadap masalah sosial, terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik diri sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat. Melalui pengajaran IPS para anak didik dilatih keterampilannya, baik keterampilan fisiknya maupun kemampuan berpikirnya dalam mencari jalan ke luar dari masalah sosial yang di hadapinya. Pengajaran IPS sebagai sarana dan metode membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Pengajaran IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas menyoroti-menelaah-mengkaji masalah soial. Pendekatan yang diterapkan pada pengajaran IPS ini harus pendekatan multidimensional. Pada pengajaran IPS, suatu pokok bahasan, dibahas dari berbagai aspek bukan dari satu aspek saja. Seperti contoh, Fungsi Sungai bagi Kehidupan Penduduk titik berat dari topik itu mengarah ke geografi, namun hakekatnya erat pula dengan kaitan dengan aspek budaya, aspek ekonomi, aspek sejarah, aspek lingkungan hidup dan aspek hubungan antar manusia. Di Amerika Serikat ada tiga tradisi dalam mengajarkan IPS yang berbeda seperti, Mengajarkan IPS sebagai transmisi kewarganegaraan, Mengajarkan IPS sebagai Ilmu Sosial, Mengajarkan IPS sebagai Inkuiri yang Relatif. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas • Mengajarkan IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan Pengajaran IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan mengajarkan IPS yang bertalian dengan penanaman tingkah laku, pengetahuan, dan nilai yang harus dimiliki para anak didik. Tujuannya adalah membina warga negara Amerika Serikat yang dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang baik, taat terhadap hukum, membayar pajak dan memiliki dorongan yang kuat untuk mempertahankan Amerika Serikat. • Mengajarkan IPS sebagai Ilmu Sosial Tujuan dari pengajaran IPS sebagai Ilmu Sosial yaitu menciptakan warga negara yang mampu berpikir secara baik seperti yang dilakukan akhli ilmu sosial. • Mengajarkan IPS Sebagai Inkuiri Reflektif Merupakan teknik dan strategi pengajaran IPS untuk membina anak didik yang kritis dan mampu melakukan pemecahan yang dihadapinya. Landasan pendidikan nasional Indonesia adalah Pendidikan Pancasila dan itu telah tercantum pada Garis-garis Besar Haluan Negara. Tujuan pendidikan nasional menciptakan “manusia pembangunan’” yang berarti cerdas, budi pekerti tinggi, berketerampilan. Untuk melihat tujuan institusional disini, anak didik diarahkan untuk memperoleh pekerjaan secara pasif atau mampu menciptakan pekerjaan sendiri. Dimana para anak-didik kelak dapat menjadi wiraswasta, dikarenakan kewiraswastaan di Indonesia masih sangat sedikit. Disini sekolah dituntut mengembangkan tujuan institusional menciptakan manusia-manusia yang mandiri untuk bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri agar tidak dapat menggantungkan diri terhadap orang lain termasuk pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional sesuai dengan bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum tiap sekolah. Sedangkan kurikulum merupakan alat penjabaran dari proses belajar-mengajar untuk tiap bidang-studi. Tujuan kurikuler IPS adalah, Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial, dapat berkomunikasi, keterampilan, pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tujuan Instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler yang harus dicapai pada proses belajar mengajar. Tujuan Instruksional dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kognitif, kelompok afektif dan kelompok psikomotor. • Kelompok kognitif, tujuan ini lebih mengarah kepada tujuan memperoleh pengetahuan, pengertian, keterampilan berpikir dan intelegensi. • Kelompok afektif, tujuan ini menekankan kepada emosi, perasaan, penerimaan atau penolakan. • Kelompok psikomotor, tujuan psikomotor ini bertujuan untuk melatih dan mengungkapkan keterampilan fisik-motorik para anak didik. Materi IPS bukan hanya pelajaran yang untuk dingat semata-mata, melainkan materi IPS itu menyangkut pembahasan masalah kehidupan dan dapat membentuk penalaran anak didik. Melalui pengajaran IPS anak didik diharapkan dapat menjadi warga masyarakat yang mampu mandiri dan wiraswasta. Oleh karena itu diharapkan sebagai guru IPS dapat membina dan bersungguh-bersungguh dan memiliki keyakinan untuk memenuhinya. Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa “Mengajar adalah peristiwa bertujuan” yang berarti mengajar adalah peristiwa yang terkait dengan tujuan. Dalam mengajar IPS kita harus sistematis dan terarah agar para anak didik dapat memahami IPS. Dalam pengajaran IPS, guru mempunyai kedudukan yang tertentu sesuai dengan peranannya sebagai guru IPS. Seorang guru IPS harus memiliki kemampuan dan kecakapan, mulai dari guru dasar hingga guru di jenjang pendidikan yang tinggi. Namun, yang dibedakan hanya pendalaman dan bobotnya. Seorang guru harus memiliki minat yang tinggi terhadap IPS, menguasai hakekat IPS, dan berjiwa wiraswasta dengan hal itu, pasti tidak akan ada tantangan yang tidak dapat kita atasi. Didalam pengajaran IPS selain murid menjadi sasaran yang menerima ilmu IPS, mereka juga harus diperlakukan sebagai subyek yang menjalani pembelajaran IPS secara aktif. Dalam menyampaikan materi IPS seorang guru harus memberikan materi sesuai tingkatan anak didik. Minat anak didik jangan dianggap remeh, jika seorang guru telah dapat menumbuhkan minat anak didik terhadap pengajaran IPS, maka guru dapat menanamkan materi IPS kepada mereka. Dalam menyampaikan materi IPS, guru IPS harus menyajikan materi IPS semenarik mungkin serta bermakna, maka anak didik dapat menemukan fakta, gejala, masalah sosial dan pemecahan yang terjadi di sekitarnya. Potensi yang harus dikembangkan anak didik melalui pengajaran IPS yaitu sikap mentalnya, daya rasionalnya, daya emosional, dan keterampilan agar mereka menjadi dewasa. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam teknik dan strategi IPS kita harus dapat membina konsep dan mengembangkan generalisasi pada IPS, mengajarkan keterampilan pada IPS, mengajarkan sikap dan nilai pada pengajaran IPS, mengembangkan inkuiri dan berpikir, serta prosedur bertanya yang efektif. Memibna konsep dan mengembangkan generalisasi IPS, maksudnya kata yang memiliki ciri menonjol dan tidak dapat dipisahkan dari konteks IPS. Bahwa suatu kata, merupakan suatu konsep, jiwanya terletak pada pengertian konotatif. Proses pengajaran aspek konotatif suatu konsep, disebut pembinaan konsep. Selanjutnya setelah guru dapat melakukan pembinaan konsep terhadap anak didik, guru juga harus dapat mengembangkannya sampai anak didik itu menyusun suatu generalisasi. Generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih yang berupa kalimat yang dapat dijadikan suatu prinsip. Dalam mengajarkan keterampilan pada pengajaran IPS, dapat dibedakan menjadi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, keterampilan sosial. Mengajarkan nilai dan sikap pada pengajaran IPS, dalam mengajarkan kepada anak didik harus melalui tanya jawab, diskusi, tugas, dan proses belajar. Dimana hal itu dapat membuat sikap mental yang baik dengan berbicara di depan umum dan tentu dalam nilai-nilai yang luhur. Metode interaksi edukatif pada pengajaran IPS, didalam metode pengajaran IPS terdapat metode interaksi edukatif didalam kelas dan diluar kelas. Didalam kelas seperti metode ceramah, dimana guru menyampaikan materi secara lisan, guru lebih aktif menjelaskan tentang pokok yang menjadi pembahasan. Selanjutnya metode tanya-jawab, metode diskusi, metode eksperimen. Sedangkan di luar kelas terdapat metode tugas belajar dan metode karyawisata. Alat peraga merupakan sebagian dari media pembelajaran. Dimana fungsi alat peraga untuk meragakan benda yang tidak dapat secara langsung dibawa kedalam kelas. Seperti, proyektor, peta, globe, dan lain sebagiannya. Dan guru tidak akan dapat melaksanakan pembelajaran tanpa bantuan berbagai alat peraga itu. Mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan pelajaran, melainkan bagian dari bagian pendidikan yang menuntut pengabdian, ketekunan. Guru IPS harus memiliki wawasan yang luas, harus memiliki hakekat IPS, metode pengajaran yang jelas serta media, teknik dan strateginya. Guru IPS juga harus berjiwa wiraswasta agar anak didik menjadi mandiri. Untuk mengevaluasi sampai sejauh mana para anak didik mengerti pengajaran IPS, maka harus dilakukan penilaian, pengukuran dan mengadakan test. Dimana tiga hal itu menentukan nilai, proses dan hasil pendidikan. Dalam mengevaluasi anak didik harus meliputi keseluruhan aspek pribadi anak didik yang meliputi penguasaan dan pengetahuan materi. Evaluasi ini harus dilakukan secara berkesinambungan serta harus didasarkan objektivitas. Fungsi dan tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan anak didik terhadap materi IPS yang telah diperolehnya. Termasuk kelemahannya dalam menguasai materi IPS serta melihat terpenuhi atau tidak guru dalam mengajarkan IPS. Seperti yang telah dijelaskan bahwa test merupakan alat evaluasi. Test yang dapat diterapkan dalam IPS ada dua yaitu test tertulis dan lisan. Dalam melakukan test terdapat tiga macam tipe yaitu test pendahuluan, formatif dan test sumatif. Yang dimaksud test pendahuluan adalah test yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Test formatif yaiti test yang dilakukan setelah selesai proses belajar mengajar, dimana para guru melihat apakah materi yang telah disampaikan sudah dipahami atau tidak. Sedangkan tipe test sumatif, dilakukan setelah selesai dari sub bab materi IPS dan ini dilakuakan pada akhir semester. Pendidikan merupakan landasan kesejahteraan hidup manusia. Telah disadari pendidikan di Indonesia masih kurang memenuhi tuntutan anak didik. Anak didik masih sangat bingung setelah selesai dari pendidikannya. Oleh karena itu guru harus membina kepekaan, kewiraswastaan anak didiknya untuk menjadi lulusan yang unggul dan berguna di masyarakat. Pendidikan dan pengajaran di Indonesia sedang menerapkan apa yang disebut Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Sistem Pengajaran Modul. PPSI merupakan tata cara mengembangkan sistem pengajaran yang menekankan pada pencapaian Tujuan Instruksional secara langsung melalui evaluasi yang diterapakan untuk menguji pencapaian tujuan itu. Dalam penerapan PPSI pada penagajaran IPS harus dibutuhkan satuan pelajaran. Satuan pelajaran merupakan program belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas atau diluar kelas. Penerapan pengajaran modul pada pengajaran IPS, menuntut guru harus menjadi pembimbing yang baik, menjadi inovator dan evaluator yang baik. Jadi guru IPS tidak hanya sekedar mengajar, melainkan harus membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu dari anak didik, itulah hakekat sistem pengajaran modul. Pengajaran Modul memiliki dua jenis yaitu, modul inti dan modul penggayaan. Modul inti adalah modul yang dibagikan pada anak didik secara merata. Sedangkan modul penggayaan diberikan kepada anak didik yang pandai agar lebih mengembangkan kemampuannya lebih lanjut. Jika penerapan pengajaran modul yang dibuat sendiri oleh guru tidak serasi, dapat menyebabkan rusaknya mental anak didik. Oleh karena itu guru IPS harus berhati-hati dalam membuat modul dan menyadari akan kemampuannya. 

 BAB III KESIMPULAN 

Dalam bidang pengetahuan sosial kita mengenal banyak istilah sosial seperti ilmu sosial (social sciences), studi sosial (sosial studies) dan ilmu pengetahuan sosial. Pada pengajaran IPS jumlah keilmuan berbeda-beda sesuai dengan jenjang tingkatan pendidikkannya. Seperti SD bidang ilmunya terdiri dari geografi dan sejarah, di tingkat Sekolah Menengah bidang ilmunya ekonomi, antropologi, geografi, dan sejarah. Sedangkan di tingkat perguruan tinggi seluruh bidang ilmu dilibatkan dalam pengajaran. Segala gejala, masalah dan peristiwa dalam kehidupan manusia atau masyarakat seperti, sampah, kemacetan lalu lintas, kekuarangan air bersih dapat di jadikan sebagai sumber materi IPS. Sumber materi IPS tidak terbatas dan dapat dijumpai di TV, radio, surat kabar. Sedangakan mata pelajaran IPS meliputi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, antropologi, dan sosiologi. Selain masyarat dapat dijadikan sumber materi IPS, masyarakat juga menjadi laboraturiumnya. Maksudnya, masyarakat itu merupakan tempat yang tepat dan nyata untuk mencobakan atau menerapkan pengetahuan IPS yang telah dimiliki anak didik. Melalui pengajaran IPS para anak didik dilatih keterampilannya, baik keterampilan fisik maupun keterampilan berpikirnya dalam mencari jalan keluar dari masalah sosial yang dihadapinya. Landasan pendidikan Indonesia adalah pendidikan Pancasila dan hal itu telah tercantum dalam GBHN. Tujuan institusional pendidikan adalah membuat anak didik setelah selesai dalam pendidikan mampu menciptakan pekerjaan sendiri. Disini guru dan sekolah dituntut mengembangkan tujuan institusional itu untuk menciptakan manusia-manusia yang mandiri untuk mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri agar tidak dapat bergantung pada pemerintah. Jika tujuan institusioanal pendidikan IPS seperti yang telah dijabarkan, lain halnya dengan tujuan kurikuler. Dimana tujuan kurikuler pendidikan IPS adalah untuk membekali anak didik dapat berkomunikasi dengan baik, memiliki keterampilan, memiliki pengetahuan sosial. Dalam mengajar IPS kita harus sistematis dan terarah, artinya sebagai seorang guru dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, memahami hakekat IPS, metode pengajaran yang jelas agar para anak didik dapat memahami IPS. Selain itu guru IPS harus menyajikan materi IPS semenarik mungkin serta bermakna. Maka dari itu guru IPS harus aktif dan kreatif agar anak didik memiliki minat untuk mempelajari IPS. Untuk mengetahui sejauh mana anak didik memahami pengajaran IPS, maka harus dilakukan evaluasi terhadap anak didik. Dengan cara memberi penilaian, mengukur dan mengadakan test. Test yang dapat diterapkan yaitu ada test tertulis, test lisan. Yang mana test tersebut dapat diberikan pada saat sebelum pembelajaran dimulai atau saat setelah selesai pembelajaran atau bahkan saat selesai bab-bab dari materi IPS. Dalam Penerapan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) pada pengajaran IPS harus dibutuhkan satuan pelajaran yang dilakukan didalam kelas atau diluar kelas. Penerapan pengajaran modul yang dilakukan oleh guru dapat dibuat sendiri oleh guru tersebut. Namun jika pembuatan modul itu tidak serasi dan mantap, dapat merusak mental anak didik. Jadi guru harus menyadari akan kemampuannya dalam membuat modul.